5. Kedudukannya di mata Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam dan para shahabat
Abu Bakar menempati posisi yang istimewa di sisi Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Kedudukan tertinggi yang sangat diidamkan oleh setiap jiwa. Sampai-sampai Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam pernah bersabda, “Seandainya saya diperbolehkan memilih seorang kekasih, maka saya akan memilih Abu Bakar sebagai kekasih. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan dan kasih sayang Islam. Tidak ada satupun pintu yang tersisa di masjid melainkan akan tertutup kecuali pintu Abu Bakar.”
Abu Bakar menempati posisi yang istimewa di sisi Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Kedudukan tertinggi yang sangat diidamkan oleh setiap jiwa. Sampai-sampai Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam pernah bersabda, “Seandainya saya diperbolehkan memilih seorang kekasih, maka saya akan memilih Abu Bakar sebagai kekasih. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan dan kasih sayang Islam. Tidak ada satupun pintu yang tersisa di masjid melainkan akan tertutup kecuali pintu Abu Bakar.”
Amr bin Ash pernah datang menemui Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam dan bertanya, “Siapa orang yang paling engkau cintai?” Jawab Nabi, “Aisyah.” Dia bertanya lagi, “Kalu dari laki-laki?” Jawab Nabi,“Ayahnya (Abu Bakar)”. Dia terus bertanya, “Lalu siapa?” Nabi menjawab, “Umar bin Khaththab”kemudian beliau menyebutkan beberapa nama lagi.
Sekembalinya Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam dari haji wada’, beliau naik keatas mimbar. Setelah mengucap hamdalah dan memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Abu Bakar tidak pernah sekalipun menyakitiku, maka akuilah hal itu oleh kalian untuknya. Wahai sekalian manusia, sesungguhnya saya ridha padanya, pada Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad, Abdurrahman bin Auf, dan kaum muhajirin generasi awal, Maka akuilah itu oleh kalian untuk mereka.”
Bahkan di majlis Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam Abu Bakar memiliki tempat khusus. Jika dia terlambat datang karena sesuatu urusan, tidak ada seorang pun yang mau menempati tempat tersebut. Seorang shahabat Anshar menceritakan hal tersebut, “Majelis Shallallahu Alahi wa Sallamselalu penuh sesak. Meski demikian, tempat Abu Bakar selalu kosong. Tidak seorang pun yang ingin duduk di sana. Jika Abu Bakar datang, dia langsung duduk di tempat itu dan Rasulullah pun menghadap padanya dan menyampaikan haditsnya, sementara semua orang mendengarkan.”
Seringkali Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam mengatakan dihadapan orang-orang, “Aku, Abu Bakar, dan Umar mengimaninya.” Padahal dua orang itu tidak ada di sana. Hal tersebut menjelaskan betapa kuatnya keimanan mereka dan betapa percayanya Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam kepadanya.
Karena itulah para shahabat sangat menghormati Abu Bakar Ash-Shiddiq dan tidak suka memusuhinya. Karena mereka tidak ingin Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam marah karena kemarahan Abu Bakar .
Abu Darda’ meriwayatkan suatu peristiwa dari seseorang, “Waktu itu saya sedang duduk bersama NabiShallallahu Alahi wa Sallam. Tiba-tiba Abu Bakar datang sambil memegang tepi baju Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam hingga merapat pada lutut beliau. Nabi bertanya, “Apakah teman kalian telah marah?”Maka Abu Bakar bakar memberi salam lalu berkata, “Aku punya masalah dengan Ibnu Khaththab lalu aku terlanjur marah kepadanya namun kemudian aku menyesal, aku pun datang menemuinya lalu minta maaf namun dia enggan memaafkanku. Maka itu aku datang kepadamu”. Maka beliau bersabda, “Allah akan mengampunimu, wahai Abu Bakar”. Beliau mengucapkan kalimat ini tiga kali. Ternyata kemudian Umar pun menyesal lalu mendatangi kediaman Abu Bakar dan bertanya, “Apakah ada Abu Bakar?” Orang-orang menjawab, “Tidak ada”. Kemudian umar menemui Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam dan memberi salam. Kedatangannya ini membuat wajah Nabi nampak marah, maka Abu Bakar merasa tidak enak, dia pun langsung duduk bersimpuh pada lutut beliau seraya berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah aku yang lebih bersalah” dia mengucapkannya dua kali. Maka Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian namun kalian mengatakan, ‘Kamu pendusta’ sedangkan Abu Bakar berkata, ‘Dia orang yang jujur’ dan dia berjuang membelaku dengan jiwa dan hartanya, Apakah kalian bisa membiarkan shahabatku untukku?” Beliau mengulang ucapannya dua kali. Maka sejak itu Abu Bakar tidak pernah disakiti lagi.
Pada kesempatan lain, Aqil bin Abi Thalib dan Abu Bakar saling mengejek satu sama lain. Abu Bakar adalah seorang yang ahli dalam silsilah nasab, hanya saja dia tidak ingin berdosa mengingat Aqil memiliki kekerabatan dengan Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Maka dia pun pergi meninggalkannya dan mengadukannya kepada Rasulullah. Mendengar itu Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam langsung berdiri dihadapan khalayak dan bersabda, “Bisakah kalian biarkan untukku shahabatku? Apa masalah kalian dengannya? Demi Allah, Pada saat rumah-rumah kalian masih dianuhgerahi kegelapan, rumah Abu Bakar telah dianuhgerahi cahaya. Demi Allah kalian telah berkata kepadaku, “Engkau benar!” kalian pegang erat harta kalian, sementara dia begitu dermawan memberikan hartanya kepadaku. Kalian meninggalkan aku, sementara dia membela dan mengikutiku!!”
Para shahabat sangat memahami kedudukan Abu Bakar di sisi Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallamdan kedudukannya didalam Islam, pada masa Rasulullah masih hidup, pada masa kekhalifahannya, hingga setelah wafatnya.
Abdullah bin Umar berkata, “Waktu itu kami mebanding-bandingkan derajat kebaikan orang-orang di masa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Maka kami mengurutkan mulai dari Abu Bakar, lalu Umar bin Khaththab, lalu Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhum.”
Di masa kekhalifahan Amirul mukminin, Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu, datang sekelompok orang mengatakan, “Demi Allah tidak ada seorang yang lebih adil dalam memutuskan perkara, lebih berani berkata benar, dan lebih tegas terhadap kaum munafik selain dari pada engkau wahai Amirul mukminin. Engkau manusia terbaik setelah Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam.
Maka Auf bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “kalian salah. Demi Allah, kami telah melihat orang yang lebih baik dari Umar setelah Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam.” Mereka bertanya, “Siapa dia wahai Auf?” Jawab Auf, “Abu Bakar”. Umar pun berkata, “Auf benar dan kalian salah. Demi Allah, Abu Bakar lebih baik dari pada minyak wangi dan saya lebih sesat dari unta peliharaan (ketika dia masih dalam keadaan musyrik).”
Sekelompok orang dari penduduk Kufah dan Bashrah datang menemui Umar bin KhaththabRadhiyallahu ‘Anhu. Ketika mereka sampai di Madinah, terjadi obrolan diantara mereka hingga membicarakan Abu Bakar dan Umar. Sebagian mereka menganggap Abu Bakar lebih baik dari pada Umar, sementara sebagian lain menganggap sebaliknya.
Obrolan itu sampai ke telinga Umar. Dia pun naik ke atas mimbar. Setelah memanjatkan puji dan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dia berkata, “Ketahuilah bahwa manusia terbaik di kalangan umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar. Siapa yang berpendapat selain itu setelah ini merupakan orang yang dusta. Akan mendapat dosa seperti halnya pendusta.”
Ketika Muhammad bin Al-Hanafiyah bertanya kepada ayahnya Ali bin Abi Thalib, dia berkata, “Aku bertanya kepada ayahku, “Siapa manusia terbaik setelah Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam?” Dia menjawab, “Abu Bakar.” Aku bertanya lagi, “Lalu siapa?” Dia menjawab, “Umar.” Dan aku khawatir dia akan menyebut Utsman, aku pun berkata, “Lalu engkau?” Dia menjawab, “Aku hanyalah salah satu dari kaum muslimin!”
Abdullah bin Abbas datang menemui Muawiyah. Setelah dia duduk, Muawiyah bertanya padanya, “Apa pendapatmu tentang Abu Bakar?” Ibnu Abbas berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Bakar. Demi Allah dia adalah orang yang gemar membaca Al-Qur’an, menjahui segala bentuk penyimpangan, meninggalkan perbuatan keji, melarang kemungkaran, memahami dengan baik agamanya, takut kepada Allah, senantiasa bangun malam untuk beribadah, gemar berpuasa disiang hari, selamat dari perkara dunia, berusaha menciptakan keadilan untuk rakyatnya, memerintahkan yang ma’ruf, mensyukuri berbagai keadaan, selalu mengingat Allah baik di rumah maupun di perjalanan, tidak mementingkan maslahat pribadi, melebihi para shahabatnya dalam hal wara’, zuhud, iffah (menjaga kehormatan), kebaikan dan kehati-hatian. Maka Allah akan melaknat siapa pun yang mencelahnya hingga hari kiamat.”
6. Berbagai kelebihan Abu Bakar
Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu di antara manusia ibarat hujan. Dimanapun dia turun selalu memberi manfaat. Dia memperoleh banyak hal yang tidak bisa ditandingi oleh siapapun. Diantaranya, dia adalah orang yang pertama dari kalangan laki-laki dewasa merdeka yang masuk Islam, orang pertama yang menjadi pemimpin haji dalam Islam, yaitu ketika Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallammenugaskan untuk memimpin orang-orang dalam pelaksanaan haji pada tahun kesembilan hijrah, orang yang pertama disebut khalifah (pengganti) Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam, orang yang pertama mengumpulkan Al-Qur’an dan menamakannya mushaf, dan orang yang pertama mendirikan baitul mal.
7. Termasuk ahli surga
Abu Bakar Ash-Shiddiq memperoleh jaminan dari Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam sebagai ahli surga. Bahkan dia termasuk pemilik derajat pertama dan derajat tertinggi di kalangan shiddiqin.
Abdurrahman bin Auf meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam, beliau bersabda, “Abu Bakar (akan berada) di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga….” hingga beliau menyebutkan ke sepuluh nama shahabat yang memperoleh jaminan masuk surga.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam berkata kepada Abu Bakar dan Umar, “Dua orang ini merupakan pemuka orang-orang dewasa di kalangan ahli surga dari generasi pertama sampai terakhir, kecuali para Nabi dan Rasul.”
0 komentar:
Posting Komentar