Jumat, 11 September 2015

Sejarah Penulisan Hadits


بسم الله الرحمن الرحيم

Hadist merupakan salah satu pilar utama dalam agama islam setelah Al Quran. Pentingnya hadist dalam islam membuat Rasulullah serta para sahabat dan orang orang yang mengikuti jalannya menaruh perhatian besar atasnya. Penulisan hadist adalah satu bukti perhatian besar Rasulullah dan para sahabat akan hadist.
Sejarah penulisan dimulai pada awal masa kenabian, awalnya Rasulullah melarang para sahabatnya menulis hadist, seperti riwayat dari Abu Said Al Khudry,
لا تكتبوا عني ومن كتب عني غير القرآن فليمحه
“Janganlah kalian menulis dari ku, dan barangsiapa yang telah menulis dari ku selain al Quran maka hapuslah”. (HR. Muslim).
Namun di akhir hayatnya Rasulullah mengizinkan penulisan hadits seperti yang diriwayatkan, dari Abdulllah bin Amr bin Ash, beliau mengatakan,
كُنْتُ أَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ أَسْمَعُهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أُرِيدُ حِفْظَهُ ، فَنَهَتْنِي قُرَيْشٌ وَقَالُوا : أَتَكْتُبُ كُلَّ شَيْءٍ تَسْمَعُهُ وَرَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بَشَرٌ يَتَكَلَّمُ فِي الْغَضَبِ ، وَالرِّضَا ، فَأَمْسَكْتُ عَنِ الْكِتَابِ ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فَأَوْمَأَ بِأُصْبُعِهِ إِلَى فِيهِ ، فَقَالَ : اكْتُبْ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا يَخْرُجُ مِنْهُ إِلاَّ حَقٌّ.
“Dahulu aku menulis semua yang aku dengar dari Rasulullah karena aku ingin menghafalnya. Kemudian orang orang Quraisy melarangku, mereka berkata, “Engkau menulis semua yang kau dengar dari Rasulullah? Dan Rasulullah adalah seorang manusia, kadang berbicara karena marah, kadang berbicara dalam keadaan lapang”. Mulai dari sejak itu akupun tidak menulis lagi, sampai aku bertemu dengan Rasulullah dan mengadukan masalah ini, kemudian beliau bersabda sambil menunjukkan jarinya ke mulutnya, “tulislah! Demi yang jiwaku ada di tanganNya, tidak lah keluar dari mulutku ini kecuali kebenaran”. (HR. Adu Dawud, Ahmad, Al Hakim).
Dua hadits di atas menjelaskan bahwa Rasulullah pernah melarang penulisan hadits, dan membolehkan penulisan hadist. Para ulama Rabbani mereka mempunyai pendapat akan dua hadits tersebut:
Pendapat pertama, mereka menjamak semua hadits pelarangan dan pembolehan, dan berpendapat bahwa Rasulullah melarang penulisan hadits karena beberapa sebab diantaranya,
Pelarangan penulisan hadits terjadi jika hadits di tulis dalam lembaran yang sama bersama Al Quran.
Pelarangan penulisan hadits terjadi saat wahyu Al Quran masih turun, karena Nabi takut tercampurnya Al Quran dengan hadist.
Pelarang penulisan hadits terjadi karena Nabi takut kaum muslimin akan sibuk terhadap hadist melebihi kesibukkannya terhadap Al Quran.
Pelarangan penulisan hadits dikhususkan untuk yang mempunyai hafalan yang kuat, dan di bolehkan jika tidak memiliki hafalan yang kuat.
Pendapat kedua, Ulama berpendapat bahwa hadits-hadits tentang pelarangan penulisan haditstidak ada yang shohih, karena menurut sebagian para Ulama hadist dari Abu Sa’id di atas adalah mauquf seperti yang di nukilkan oleh Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari.
Pendapat ketiga, dari para ulama seperti Imam Al Baghowi, Ibnu Qutaibah, Imam Nawawi, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimyah mengatakan bahwa hadits -hadits pelarangan itu terhapus dengan hadits -hadits pembolehan penulisan hadits , bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menukil bahwa ini adalah pendapat jumhur ulama.
Kesimpulan dari semua pendapat Ulama, bahwasanya penulisan hadits itu di bolehkan, bahkan di sunnahkan menulisnya dan sudah terjadi di zaman Rasulullah.
Bahkan terdapat Ijma dari para ulama akan bolehnya penulisan Hadist Nabi seperti yang di cantumkan oleh Al Qodi Iyadh dalam kitab Ikmal AlMu’lim, Ibnu Solah dalam kitab Ulumu Al Hadist, Ibnu Atsir dalam kitab Jami’ Al Usul, dan Imam Dzahabi dalam kitab Siyar, Juga Al Iraqi dalam Alfiyah.
Pada zaman Sahabat radhiallahu’anhum terdapat beberapa kemajuan pengumpulan dan penulisan hadist, itu di tandai dengan adanya Suhuf atau lembaran lembaran yang di milki oleh sebagian sahabat, seperti,
Shohifah Abu Bakar As Sidiq (Lembaran Abu Bakar As Siddiq)
Di riwayatkan dari Anas Bin Malik Sesungguhnya Abu Bakar pernah mengutusnya untuk mengambil sedekah dari kaum muslimin, dan menuliskan di lembaran tersebut faraidSedekah dan disana juga terdapat cap cincin Rasulullah”.
Sohifah Ali Bin Abi Tholib (Lembaran Ali Bin Abi Tholib)
Di riwayatkan oleh Abi Juhaifah
عن أبي جحيفة قال: قلت لعلي هل عندكم كتاب ؟ قال: لا ، إلا كتاب الله أو فهم أعطيه رجل مسلم أو ما في هذه الصحيفة . قال: قلت فما في هذه الصحيفة ؟ قال: العقل وفكاك الأسير ولا يقتل مسلم بكافر.
“Aku bertanya kepada Ali Bin Tholib, apakah engkau mempunyai sesuatu yang tertulis dari Rasulullah?”. Ali menjawab, “ Tidak, kecuali Kitabullah, atau pemahaman yang ku berikan kepada seorang muslim, atau yang ada di lembaran ini”.
Aku berkata, apa yang di dalam lembaran itu?, beliau menjawab,
“ Al Aql, serta hukum tentang tawanan perang, dan janganlah seorang muslim membunuh orang kafir”.
Sohifah Abdullah bin Amr bin Ash atau di kenal dengan Sohifah Sodiqoh (Lembaran Kebenaran)
Di riwayatkan dari Mujahid, “Aku pernah mendatangi Abdullah bin Amr, kemudian aku membaca lembaran yang berada di bawah tempat tidurnya, lalu ia melarangku, akupun bertanya kepadanya mengapa melarangku membacanya, beliau menjawab,
Ini adalah lembaran (yang berisi) kebenaran, ini adalah yang aku dengar langsung dari Rasulullah”. 
Para sahabat saling menulis hadits
Setelah Rasulullah wafat, para sahabat Nabi berpencar mendakwah agama yang mulia ini, maka jauhnya jarak mereka membuat sebagian mereka tidak mengetahui hadist yang ada pada suadaranya,hal ini membuat mereka saling menulis hadist yang mereka punya, kemudian memberikan kepada sahabat yang lain yang tidak mengetahui hadist tersebut, seperti,

Tulisan Jabir bin Samuroh kepada Amir bin Saad bin Abi Waqqash, juga tulisan Usaid bin Khudoir kepada Marwan bin Hakam berisi hadist Nabi dan beberapa keputusan atau pendapat Abu Bakar, Umar, Ustman, dan tulisan Zaid bin Arqom kepada Anas bin Malik. 

0 komentar:

Posting Komentar